Kupas Tuntas Macam Macam Perbuatan Syirik
“Syirik” satu kata yang sering sekali mampir di telinga kita, walaupun terkadang bagi seseorang kata syirik bermakna berbeda dengan apa yang dipahami orang lain. Sebagian orang menggunakan kata “syirik” sebagai pengganti kata dengki atau hasad, sebagamana ucapan seseorang yang sering sekali kita dengar : ” Dasar dianya saja yang syirik kepada saya ” yakni maknanya ” dengki atau hasad”. Dan ini adalah penggunaan kata yang tidak pada tempatnya dan harus dihindari untuk mencegah salah sangka dari orang yang mendengarnya..Adapun dalam Istilah Syar’i , Syirik maknanya Menyekutukan sesuatu bersama Allah di dalam kekhususanNya dalam KeuluhiyahanNya, KerububiyahanNya serta Nama dan sifat-sifatNya.
“Syirik” satu kata yang sering sekali mampir di telinga kita, walaupun terkadang bagi seseorang kata syirik bermakna berbeda dengan apa yang dipahami orang lain. Sebagian orang menggunakan kata “syirik” sebagai pengganti kata dengki atau hasad, sebagamana ucapan seseorang yang sering sekali kita dengar : ” Dasar dianya saja yang syirik kepada saya ” yakni maknanya ” dengki atau hasad”. Dan ini adalah penggunaan kata yang tidak pada tempatnya dan harus dihindari untuk mencegah salah sangka dari orang yang mendengarnya..Adapun dalam Istilah Syar’i , Syirik maknanya Menyekutukan sesuatu bersama Allah di dalam kekhususanNya dalam KeuluhiyahanNya, KerububiyahanNya serta Nama dan sifat-sifatNya.
Dan Syirik berdasarkan jenisnya terbagi menjadi dua jenis : Syirik Akbar (Syirik Besar) dan Syirik Ashgor (Syirik Kecil)
JENIS PERTAMA : Syirik Akbar (Syirik Besar) yaitu Syirik yang pelakunya tidak akan diampuni Allah selama dia belum bertaubat dari kesyirikannya sebelum maut menjemput serta tidak akan menerima seluruh amalan sholih yang telah dikerjakan.
Berfirman Allah azza wa jalla :
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan sesuatu dengan Dia (Syirik) , dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” (QS. An Nisa’: 116)
Berfirman Allah subhana wa ta’ala
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَا
Artinya : “Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”, padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al Maidah : 72)
Dan firmanNya :
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
Artinya : “Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan.lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqon : 23)
Dan firmanNya :
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya : ” Sesungguhnya , Jika engkau berbuat syirik, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar : 65)
لَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya : ” Seandainya mereka berbuat syirik , niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am : 88)
Adapun apabila dia bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya sebelum maut menjemput, Allah akan mengampuninya.
Berfirman Allah azza wa jalla :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah “ Wahai hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa seluruhnya. Sesungguhnya dia maha pengampun dan maha penyayang” (QS. Az- zumar : 53)
Dan bentuk perbuatan syirik akbar terbagi dalam 4 bentuk perbuatan, yaitu :
Pertama : Syirik dalam doa
Sebelumnya harus diketahui, doa terbagi dua. Yaitu :
Pertama : Doa Ibadah, seperti Sholat, Puasa, Zakat, Haji dan ibadah-ibadah lainnya. Ibadah-ibadah ini teranggap sebagai doa, dikarenakan di dalamnya terkandung doa, yaitu agar dimasukkan surga dan dijauhkan dari Neraka dengan sebab mengerjakan amalan tersebut. Dan doa Ibadah ini tidak boleh ditujukan kecuali hanya kepada Allah semata, apabila ditujukan kepada selainnya maka pelakunya telah terjatuh dalam perbuatan syirik akbar. Seperti perbuatan seseorang yang bersujud kepada selain Allah atau berpuasa dengan tidak mengharap pahala Allah tapi dengan niat memperoleh ilmu kekebalan dsb.
Kedua : Doa Masalah, seperti meminta Rejeki, meminta keturunan atau meminta dilepaskan dari suatu kesulitan.
Doa masalah boleh ditujukan kepada selain Allah dengan dipenuhinya seluruh dari 3 syarat tanpa ada satupun yang tidak terpenuhi, yaitu :
- Hidup, yakni maknanya tidak boleh meminta tolong kepada orang yang sudah mati atau meminta tolong kepada batu, pohon dan semisalnya
- Hadir, Yakni maknanya yang dimintai tolong dapat berhubungan langsung dengan yang meminta tolong baik secara bertatap muka ataupun melalui alat perantara seperti Telepon, surat dan sebagainya. Sehingga tidak boleh diperbolehkan bagi seseorang meminta tolong kepada orang lain yang terpisah dalam jarak yang jauh tanpa adanya perantara yang zhohir. Seperti memanggil-manggil sang guru ketika terancam bahaya dalam keadaan sang guru terpisah jarak yang sangat jauh, dan dia berkeyakinan bahwa sang guru saat itu mampu mendengar permintaan tolongnya.
- Mampu, yakni maknanya yang dimintai bantuan memiliki kemampuan untuk memberikan pertolongan, sehingga tidak diperbolehkan bagi seseorang meminta kepada orang lain untuk diberi keturunan, diturunkan hujan atau dipanjangkan umur, karena semua kemampuan ini tidak dimilki oleh mahluk dan hanya Allah yang memilkinya.
Perbuatan syirik dalam doa masalah ini sebagaimana perbuatan sebagian orang yang berdoa kepada selain Allah dengan memohon perkara-perkara yang kemampuan tersebut tidak dimiliki kecuali oleh Allah, seperti berdoa kepada Jin, batu atau dukun untuk diberi keturunan atau rejeki atau dipanjangkan umur. Sebagian lagi berdoa dan memohon kepada jin-jin penunggu laut dan gunung meminta agar hasil tangkapan laut atau hasil pertaniannya melimpah. Maka semua perbuatan ini dan sejenisnya adalah tergolong perbuatan syirik akbar.
Allah ta’ala berfirman :
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Artinya : “Maka apabila mereka menaiki kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)” (QS. Al-Ankabut : 65)
Allah ta’ala juga telah berfirman :
وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya : “Dan janganlah kamu memohon/berdo’a kepada selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat hal itu maka sesungguhnya kamu dengan demikian termasuk orang-orang yang dzolim (musyrik).Dan jika Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba hambaNya dan Dia lah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang” (QS. Yunus : 107).
Kedua : Syirik niat, maksud dan Tujuan
Dalilnya firman Allah ta’ala :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya : “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.” (QS. Huud : 15-16)
Ketiga : Syirik ketaatan
Dalilnya firman Allah ta’ala :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Artinya : “Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam. Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar menyembah sesembahan yang Esa, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah : 31)
Dan tafsir ayat ini yang maknanya sudah jelas yaitu ketaatan kepada Ulama dan ahli Ibadah dalam perkara maksiat, dan bukanlah yang dimaksud mereka berdoa (beribadah) kepada mereka. Sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wassallam menafsirkan ayat ini kepada Adi bin Hatim Radhiyallahu ‘anhu ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassallam , beliau Radhiyallahu anhu berkata :“Tidaklah kami beribadah kepada mereka” maka Rasulullah shalallahu alaihi wassallam mengatakan kepadanya :“Yang dimaksud dengan beribadah kepada mereka yaitu menaati mereka dalam kemaksiatan” (Hadits dari Adi bin Hatim Radiyallahu’ anhu. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (3/378) Tirmidzi (2954) Ibnu Hibban (7206). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam “Shohih Sunan Tirmidzi” (31/56)).
Dan pada kenyataannya hal ini sering kia temui di sekitar kita, suatu perkara yang sudah jelas dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang keharaman atau kehalalannya dengan enteng bisa dibantah seseorang dengan kalimat “tapi kata kyai saya gak haram kok” atau dengan kata-kata yang lebih halus “maknanya bukan seperti itu, kata ustadz saya …..” Dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah dikalahkan dengan ucapan ustadz, kyai, guru atau syaikhnya.
Keempat : Syirik Kecintaan
Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
Artinya : “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman kecintaan mereka yang terbesar hanya untuk Allah semata.” (QS. Al Baqarah : 165)
JENIS KEDUA : Syirik Ashgor yaitu yaitu :”Segala sesuatu yang syariat melarangnya dari apa-apa yang merupakan perantara menuju syirik akbar dan jalan-jalan dalam menyampaikan kepadanya (syirik Akbar) serta datang dalil-dalil penamaan bahwa perkara tersebut adalah syirik (Lajnah Daimah, nukilan) :
Dan syirik Ashgor terbagi dua :
Pertama : Syirik Dzhohir (tampak) atas lisan dan anggota badan, yaitu perkataan dan perbuatan.
Contoh perbuatan syirik Ashgor dalam ucapan adalah seseorang yang bersumpah dengan selain nama Allah, seperti ucapan “Demi ayah dan ibuku” maka ini tergolong syirik ashgor, dengan catatan dia tidak sampai berkeyakinan dan bahwa bersumpah dengan nama ayah dan ibunya setara atau lebih dia agungkan dibanding bersumpah dengan nama Allah. Apabila sampai dia berkeyakinan seperti itu, maka dia telah terjatuh dalam syirik akbar bukan lagi syirik ashgor.
Contoh perbuatan Syirik Ashgor dalam perbuatan adalah seperti seseorang yang terhindar dari sebuah musibah marabahaya dan pada saat itu dia sedang mengenakan jimat, kemudian dia dia berkeyakinan bahwa yang menyelamatkan dia adalah Allah, akan tetapi dia meyakini bahwa Allah menghindarkannya dari musibah tersebut dikarenakan jimat-jimat yang dia pakai dan dia berkeyakinan seandainya dia tidak memakainya belum tentu Allah menolongnya, maka dalam keadaan seperti ini dia telah terjatuh dalam kafir Ashgor karena menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagi sebab.
Adapun apabila dia berkeyakinan bahwa selamatnya dia dari musibah tersebut disebabkan jimat-jimat yang dia kenakan, dan dia meyakini bahwasanya Jimat-jimat itu dengan sendirinya memiliki kemampuan untuk menghindarkan dia dari musibah, maka dalam keadaan seperti ini dia telah terjatuh dalam Syirik Akbar.
Kedua : Syirik Khofiy (tersembunyi) yaitu syirik tujuan dan niat.
Contoh dari perbuatan syirik Ashgor yang khofiy seperti seseorang yang melakukan amalan shalat dengan niat mengharapkan wajah Allah akan tetapi dia membaguskannya ketika dia merasa ada orang lain yang memperhatikannya. Atau amalan seseorang berinfaq untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi bersamaan dengan itu dia juga dia menginginkan pujian manusia. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala :
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Artinya : “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya”. (QS. Al-Kahfi : 110)
PERBEDAAN-PERBEDAAN ANTARA SYIRIK AKBAR DAN SYIRIK ASHGOR :
- Syirik Akbar mengeluarkan pelakunya dari agama (murtad) sedangkan syirik ashgor tidak.
- Syirik Akbar pelakunya kekal diadzab dalam neraka, sedangkan pelaku syirik ashgor tidak kekal apabila diadzab di dalam neraka.
- Syirik Akbar membatalkan seluruh amalan sholih, sedangkan syirik ashgor seperti riya’ atau amalan yang mengharapkan bagian dari dunia hanya membatalkan amalan yang bercampur dengannya saja.
- Syirik Akbar menyebabkan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan syirik ashgor tidak menyebabkan halal darah dan harta pelakunya.
Sumber catatan :
Al-Wajibat, Syaikh Muhammad At-Tamimi
Aqidattut Tauhid, Syaikh Sholih Fauzan
Oleh : Ibnu Dzulkifli As-Samarindy
Oleh : Ibnu Dzulkifli As-Samarindy